Sunday

Polisi atau Polusi?

POLISI. Mungkin terlihat sebagai profesi yang sangat "membanggakan" dan "disegani" diwaktu kita kecil. Namun pelan-pelan saat kita beranjak dewasa, kita mulai mengerti dan memahami bahwa profesi ini justru akan tampak "membegokkan" dan "tidak perlu" untuk disegani . Lalu, mengapa dikatakan tampak membegokkan? Jawabnya yah mungkin karena tingkah laku mereka dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
Belum mengerti? Saya akan bertanya dan sedikit bercerita pada Anda.
Pernahkah Anda berpikir diwaktu kecil Anda ingin menjadi seorang Polisi? Ada yang iya dan juga tidak bukan? tak terkecuali bagi Saya. Dulu, setiap pulang dan pergi  sekolah Saya selalu bertemu dengan Polisi dijalanan. Lalu, dengan gagah dan bangganya Saya memberi hormat kepadanya dan Polisi itupun membalasnya dengan hormatan dan senyuman. Terlihat membanggakan bukan? Tapi itu dulu..
Perlahan, citra seorang Polisi yang sejatinya ialah "Pelindung Masyarakat" berubah menjadi "Pencekik Masyarakat". Loh kok pencekik? Kenapa gak sekalian pembunuh saja? Hahaha pembunuh mungkin jauh lebih kejam karena dapat menghilangkan nyawa, namun yang sebenarnya jauh berbahaya ialah makna kata "pencekik" itu sendiri. Pencekik belum tentu membunuh secara langsung, tapi dapat membunuh dan menggerogoti nyawa secara pelan dan akan jauh lebih sakit bila dirasakan. Benar?
Coba kita amati lingkungan sekitar kita. Entah itu kakak, adik, saudara, kerabat ataupun tetangga kita yang menjadi bagian dari anggota Polisi. Bukannya kita iri dengannya, namun bila dipikir-pikir pernyataan berikut ini memang benar. Mungkin dari mulutnya keluar kata "Saya akan Mengabdi untuk Masyarakat, Bangsa dan Negara" tapi nyatanya? Hahaha Jauh lebih tepat yang ada dalam hatinya ialah "Saya akan memeras Masyarakat, Bangsa lalu menguras harta Negara. Benar?
Bukan rahasia umum lagi jika terdapat oknum nakal yang baru menjadi anggota Polisi mungkin kurang dari Lima tahun usai Pendidikan, namun sudah memiliki harta yang berlimpah. Seperti Motor, Mobil atau bahkan Rumah yang jumlahnya jika dipikir-pikir tidak masuk akal. Contohnya yah sebut saja seperti bapak yang "terhormat" Joko Susilo, Labora Sitorus dan masih banyak yang lain.
Mungkin itu beberapa contoh Mega Monster pencekik masyarak dan Banga Negara ini. Coba kita lihat oknum-oknum yang katanya "Dinas Jalanan". Dengan rompi berwarna mencolok, dan melambai-lambaikan tangan layaknya Guide Kebun Binatang ia membunyikan mainan kecilnya. "Pritttt, selamat pagi, siang, sore, malam Pak/Bu', bisa tunjukkan surat-surat lengkap? Bapak/Ibu tau kesalahannya apa? Bapak/Ibu ikut kami ke Pos untuk diberi surat tilang".  Kata-kata khas dan endemik yang ada pada Polisi. Ngomongin "Surat Tilang", sebenarnya untuk apa? Kebanyakan dari mereka yang terjaring razia ialah yang sebenarnya tidak bersalah, namun dicari-cari kesalahannya oleh Oknum tersebut untuk memerah "susu" para pengendara kuda besi.
Dibuku tilang tebalnya, ia menulis dengan pedang ajaib yang bisa menghasilkan Rupiah dengan cara membuat kesalahan yang sebenarnya belum tentu kita perbuat. Bapak/Ibu besok ikut sidang di Pengadilan utk mengambil surat kendaraan atas pelanggaran lalu lintas yg dibuat, disurat tsb tertulis nominal denda yang tidak sedikit. Tapi oknum tsb menawarkan opsi lain yaitu "damai". Mengerti maksudnya? Bukan damai tapi langsung bebas, tapi memberinya "sesajen" yah paling tidak Rupiah "Biru" ataupun "Merah". Kenapa dia menawarkan opsi damai? Krn Rupiah tsb mengalir langsung ke kantongnya, bukan ke rekening negara. Terlihat simpel bukan?! Dengan caranya inilah ia memperkaya diri dengan materi dan "sumpah" masyarakat.
Baru-baru ini sering ada kasus penembakan Polisi yang motifnya pun tidak jelas didasari dengan apa.  Jika boleh mengira-ngira, para penembak mungkin sakit hati dengan Polisi krn ulahnya. Polisi yg seharusnya melindungi masyarakat, tapi kenyataannya? Melindungi diri sendiri pun tidak bisa. Negara ini secara tdk langsung telah dijajah oleh Badan Keamanannya sendiri. Polisi katanya sebagai penegak hukum, tapi apa yg ditegakkan? Rasyid Akbar, anak pesohor pemerintahan yg mengendarai mobil dlm keadaan mabuk dan menabrak beberapa pejalan kaki hingga tewas, tapi nyatanya? Dia pun melenggang bebas dgn hanya mendapat masa percobaan Tahanan bbrp bulan. Nah, yg terbaru ialah Si Dul. Biasanya jg bawa oplet dengan Mandra, ini malah sombong banget pake bawa Lancer sampe tengah malam nganterin pacarnya. Jahitan sunat aja belum kering, pake acara pacaran. Ironi bukan? Entah kenapa Polisi terlihat tdk tegas dan terkesan merekayasa kasus krn si Bedul dianggap masih dibawah umur.
Hahaha mungkin sekian dulu tentang paradigma Polisinya, mungkin tanggapan dr pengunjung akan berbeda-beda. Ada yg Pro dan pastinya ada yg Kontra dgn Polisi.
Terakhir, lebih cocok disebut Polisi atau Polusi? Mungkin tetap lebin pantas disebut Polisi. Tau kepanjangannya apa? Polisi menurut  Saya ialah Pojokan Luar tapi tetap berisi. Tau maksudnya? Pikirkanlah sendiri. Chao!
Terima Kasih Telah Berkunjung dan Membaca Artikel Blog Ini
Judul: Polisi atau Polusi?
Ditulis Oleh: Unknown
Blogger Sejati Selalu Meninggalkan Komentar Berupa Kritik dan Saran

Berlangganan Artikel dari Kami via Email
Powered by Blogger.